Monday, August 16, 2010

Aku siap melakukan...

Oleh: Benget Simanullang

Pernyataan yang mendasar yang meminta aku terus berpikir, hendak melakukan apa diriku setelah 65 tahun Indonesia merdeka. Banyak teman yang aku tanya, sejauh ini apakah kemerdekaan itu sudah dirasakan??? Delapan puluh persen teman-teman mengatakan bahwa kemerdekaan itu belum terasakan sampai detik ini. Kemerdekaan yang bagaimana sebenarnya yang kita harapkan???

Tentu tak semudah membalik telapak tangan untuk melakukan perubahan (bagi negeri ini), namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Hanya pertanyaannya, kapan kita memulainya. Semua itu akan terlaksana kalau dimulai dari diri kita sendiri sebagai anak bangsa yang sudah lama merdeka. Apa kata bangsa lain ketika bangsa kita selalu jatuh dalam keterpurukan? Pastinya mereka memincingkan mata, dan seolah-olah acuh tak acuh terhadap keberadaan negara kita yang sebenarnya sudah merdeka meski kemerdekaan itu masih belum dinikmati oleh setiap warga Indonesia.

Maka kita harus bangkit. Menciptakan yang terbaik bagi negeri dan berusaha menjadi insan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemerdekaan dengan memberikan diri sepenuhnya untuk bangsa, sebab dengan itu perubahan itu akan terlaksana (meski belum seberapa). Mari kita bergegas dan berprinsip, aku siap melakukan perlawanan jika ada orang asing yang menyepelekan bangsa ini. Jangan pernah berpikir apa yang dapat negara berikan kepada saya, tetapi bercerminlah dengan sikap apa yang bisa aku berikan kepada negara. MERDEKA!!!

Monday, February 22, 2010

Renungan Pra-Paskah

Puasa, Beramal dan Berdoa
Oleh: Benget Simanullang

Kini kita telah memulai masa pra-paskah dengan dioleskannya abu di kening kita pada hari Rabu Abu, sebuah perayaan yang menandakan bahwa kita sangat kecil di hadapan Tuhan dengan pernyataan hanya debulah aku di bawah kaki-Mu, Tuhan! Di samping itu, abu itu menandakan keberadaan manusia yang berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu.
Pra-paskah merupakan peristiwa saat-saat akhir karya Yesus Kristus bersama para rasul-Nya di dunia ini, hingga Dia ditangkap dan dianiaya seperti penjahat yang melakukan kesalahan di tempat tinggalnya. Namun bukan itu yang dilakukan Yesus. Yesus tidak mencintai kejahatan, tapi Dia melakukan kebaikan. Namun sekelompok orang tidak menginginkan segala sesuatu yang Yesus lakukan sehingga mereka mengatur rencana bagaimana supaya bisa menangkap Yesus. Dan disalibkan!
Dalam masa prapaskah ini ada beberapa yang semestinya menjadi prioritas kita sebagai umat beriman. Hal ini bisa menjadi aspek kerohanian yang mendasar dalam kehidupan prapaskah kita. Prioritas yang dimaksud dalam masa prapaskah ini adalah puasa, beramal dan berdoa. Ketiga hal ini sudah mencakup sebagian besar dari arti prapaskah itu sendiri.
Puasa
Puasa bukan berarti tidak makan tidak minum. Namun jika memang itu dapat dilakukan merupakan tindakan yang tidak sia-sia. Akan tetapi yang ditonjolkan dalam puasa ini adalah ketika kita menyadari bahwa di sekitar kita banyak yang masih kekurangan dalam berbagai hal terutama dalam pangan. Dengan demikian kita akan mampu mengartikan puasa itu sebagai bentuk dari mengurangi, berpantang dan menghindari. Dan semua ini bukan semata-mata tanpa tujuan, melainkan dilakukan dengan penuh keyakinan akan iman dan demi alasan keagamaan. Dengan melakukan itu semua, manusia semakin mampu mengatur kehendak dengan baik dan menahan nafsu badani dari cobaan-cobaan menodai puasa kita.
Puasa juga tak sekedar berkaitan dengan makan dan minum. Jika ditelaah lebih mendalam lagi, puasa mengandung makna yang cakupannya sangat luas. Tidak berhenti pada kaidah makan dan minum saja. Namun jauh dari itu, hidup dengan saling mengasihi, menjauhi sikap marah, menghormati orang lain, tidak berpikiran negatif, merupakan bagian dari puasa kita yang mesti kita laksanakan. Semakin kita melaksanakan apa yang diutarakan di atas, semakin puasa kita jauh lebih berarti dan mendapat berkat dari Sang Pencipta.
Beramal
Tema APP kita tahun ini mengangkat sebuah realita kehidupan bermasyarakat kita di mana ada yang miskin dan kaya. Sebagai ajakan yang cukup serius dan mendalam, pihak gereja mencoba mengajak umat bekerja sama untuk melawan kemisikinan.
Pertanyaannya adalah, bagaiamana kita melawan kemiskinan itu? Cara dan metode apa yang cocok untuk memerangi kemisikinan itu? Hal dasar yang perlu kita lakukan adalah membuka diri untuk membantu sesama kita yang berkekurangan. Hal terkecil ini bisa kita mulai dari lingkungan kita tinggal. Dengan memberi perhatian pada mereka yang berkekurangan, kita sudah melaksanakan apa yang menjadi tolok ukur masa prapaskah kita, yakni beramal. Menyisihkan sebagian dari apa yang kita miliki menjadi milik orang lain, yaitu mereka yang membutuhkan. Kita harus menyadari bahwa apa yang kita miliki, terlepas dari kaya atau miskinnya kita, bukanlah milik kita seutuhnya. Tuhan hanya menitipkan itu semua untuk kita gunakan selagi masih di bumi dan mencoba untuk membagikan apa yang kita miliki itu kepada mereka yang membutuhkannya. Semua itu bersifat hanya sementara. Karena itu selagi kita masih mampu untuk beramal, alangkah baik dan mulianya tindakan itu, sebab Tuhan juga menginginkan hal itu untuk kita lakukan.
Berbicara mengenai kemiskinan, itu sangat erat kaitannya dengan pengangguran. Kita tahu bahwa angka pengangguran di Negara kita tergolong sangat tinggi dan riskan pada kekerasan. Apa yang dapat kita lakukan jika kita dihadapkan pada realita seperti ini? Kita haru tetap pada satu prinsip, yakni menjadi saudara bagi mereka dan berusaha memberdayakan mereka dengan berbagai cara apapun untuk mengurangi derita mereka.
Apa yang telah Gereja lakukan untuk mensiasati kemisikinan tersebut? Sudah adakah tindakan yang jauh lebih spesifik untuk menanggulangi kemiskinan tersebut?
Berdoa
Orang yang memiliki iman akan penuh pengharapan. Itu tak sebatas kata-kata belaka. Tindakan nyata yang sering tampak ialah dengan menyempatkan waktu untuk memuji Tuhan lewat doa. Mengapa manusia berdoa? Karena lewat doalah kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Lewat doa itu juga kita dapat berkeluh kesah dan berbicara dengan Dia Sang Pemberi. Dengan air mata kita bisa menyapa Dia, dengan kegembiraan kita juga bisa menyapa Dia, tentunya lewat doa. Dan seperti yang diharapkan pada kita di masa Prapaskah ini, yakni mendekatkan diri pada Allah dan bersatu dengan-Nya dan mengungkapkan cinta serta pengorbanan pada Allah, lewat doa kita. Semakin kita memberi hati untuk berdoa, semakin kita dekat dengan Dia Sang Pencipta bumi.
Dengan memegang teguh tidakan puasa, bertobat dan berdoa serta menjalankannya selama Retret Agung ini maka Pra-Paskah kita akan bermakna dan penuh arti. Dan tentunya memiliki nilai cinta kasih untuk kita sebarkan kepada sesama kita di bumi ini. Semoga!

Benget Simanullang
Penulis bekerja di Yayasan Tri Asih, Jakarta
Dan Mahasiswa Program Vokasi Kedokteran UI.

Monday, November 23, 2009

2012; KIAMAT

2012, Prediksi Kiamat yang tiada Akhir
Oleh : Benget Simanullang
Banyak orang yang tercengang akan hadirnya film terbaru Hollywod yang disutradarai oleh Roland Emmerich itu. Salah satu film yang menakjubkan yang sebagai inti menggambarkan kehancuran dunia yang sering diterjemahkan manusia sebagai kiamat.
Kiamat
Entah benar atau salah, manusia sering menginterpretasikan bahwa kiamat itu identik dengan akhir dari riwayat bumi. Terjadinya gempa, banjir, tsunami seperti di NAD, dan gambaran lain dari bencana diartikan sebagai tanda-tanda hari kiamat sudah dekat, dan Allah sedang murka. Itukah kiamat yang sebenarnya?
Tak jarang terdengar para ahli ramal-meramal mengatakan, pada satu titik tertentu akan terjadi kiamat. Orang yang mudah percaya (yang menurut hemat penulis terbodohi), langsung merasa was-was dan ada yang berakibat fatal seperti yang pernah terjadi yakni, para penganut kiamatisme melakukan bunuh diri massal sebab mungkin mereka tidak ingin merasakan derita kiamat. Namun ramalan itu tidak pernah terjadi hingga detik di mana tulisan ini rampung ditulis. Akan tetapi di sisi lain ramalan itu memiliki nilai positif, di mana orang-orang melakukan introspeksi dan secara perlahan melakukan pertobatan hingga nilai cinta kasih tumbuh bersama di tengah-tengah kita.
Tentu ramalan yang terdengar secara manusiawi menakut-nakuti kita yang mendengarnya. Terlepas dari sisi mana kita mencoba mentafsirkan kiamat itu sendiri. Rasa takut sudah pasti timbul dalam diri setiap manusia sebab ada kalanya kita belum siap untuk menerima sesuatu yang akan terjadi dalam kehidupan kita. Begitu juga dengan kiamat.

Kapan kiamat itu terjadi?
Pertanyaan ini pernah saya lontarkan di status facebook saya beberapa minggu yang lalu dibarengi dengan munculnya film 2012. Berbagai komentar berdatangan dari teman mulai dari yang sudah pernah ketemu hingga dari yang belum pernah ketemu sama sekali, dengan pola pikir masing-masing tentang kiamat, suatu kejadian yang sangat ditakuti manusia tersebut. Berbagai keunikan muncul dari komentar-komentar mereka, yang intinya kembali mempertanyan ‘benarkah kiamat itu akan terjadi?’.
Dengan meminjam teori Jaya Suprana di mana beliau mengatakan, secara imaniah maupun logika tidak bisa dimungkiri, mungkin saja kiamat akan benar-benar terjadi. Misalnya, apabila ada meteor yang ukurannya cukup memadai, mendadak menabrak planet Bumi tanpa terbendung oleh lapisan-lapisan sfere yang memperisai bola dunia ini (Kompas, 21/11). Jelas, bahwa itu bisa merusak planet Bumi, tempat kita berpijak hingga Bumi akan porak poranda seperti yang tergambarkan dalam film 2012, mahaprahara malapetaka.
Secara paradoksal, tak seorangpun dari kita yang menginginkan terjadi kiamat, yang mematikan itu. Pasti kita akan menghindar jika diminta untuk memilih. Hal itu timbul dari bawah alam sadar kita karena kita tidak menginginkan petaka mahadahsyat yang kita kenal dengan kiamat. Namun secara primordial seperti yang diajarkan oleh iman kepercayaan kita selaku umat Katolik, kiamat itu akan terjadi, yakni di saat manusia itu menghembuskan napas terakhirnya dan kembali ke pangkuan Sang Pencipta, Allah Bapa yang Mahakuasa. Itulah kiamat, yang sebenarnya tidak usah kita takuti, sebab setiap manusia akan menerimanya.

Penulis adalah Mahasiswa Program Vokasi Kedokteran UI
Dan Karyawan Yayasan Tri Asih, Jakarta.

Sunday, November 1, 2009

SURAT CINTA BUAT PRESIDEN



Surat cinta sejatiku buat Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (2009 – 2014)

Ytk,
Bapak Presiden beserta wakilnya
Di tempat terindah di antara keping-keping kemiskinan,
Menjulang tinggi bagai singgasana dan gapura yang membatasi diriku,
yang nista dari kalangan durhaka, dengan dirimu yang mulia,
dari kalangan mentereng.

Salam hangat dalam pertemuan surat ini,
Mengingat akan nistanya diriku dan sesamaku, melalui surat ini ingin aku bertanya untukmu wahai presiden dan wakil presidenku, Bapak SBY dan Bapak Boediono, masih adakah cinta untukku, kaummu dari rakyat yang terbuang, dan bagi mereka yang konon masih menganggap diri jauh lebih nista dari diriku?
Sebenarnya hal ini selalu aku pertanyakan jauh sebelum aku tumbuh dewasa dan menjadi seperti sekarang ini. Entah karena apa, tapi mungkin karena selama hidup dan menghirup napas di negeri di mana Tuhan telah menempatkan aku di negeri ini, Indonesia yang katanya sudah merdeka ini, aku sebagai rakyat mulai dari pemerintahan para presiden sebelumnya tidak pernah merasakan indahnya sebagai rakyat yang memiliki presiden dan kemerdekaan yang ditempuh hingga titik darah penghabisan. Adapun kemerdekaan itu masih simpang siur akan keberadaannya jika ditelaah secara holistik. Akankah kemerdekaan itu masih bermakna ambigu hingga detik ini?
Namun terkadang pertanyaan ‘bodoh’ku itu tersembuhkan secara tidak langsung. Meski hanya sekejap, tapi aku tetap merasakan kesembuhan atas semunya. Itulah yang aku rasakan, di masa kampanye, sebuah fakta pertarungan politik untuk merebut kursi panas kepresidenan. ANDA juga melakukan hal yang sama. Berkeliling nusantara baik secara langsung hadir maupun tidak, untuk menawarkan berbagai hal pada kami lewat janji-janji dan ungkapan lainnya yang sangat mengundang simpati kami, yang bertujuan mengharapkan kami untuk memihak pada ANDA lewat mencontreng agar kelak bangsa ini memiliki presiden dan wakil presiden yang mantap dan berdedikasi (menurut versi ANDA). Aku tidak tahu, apakah cara itu hanya demi kepentingan sendiri, agar rakyat memilih ANDA dan di kemudian hari ANDA melupakan kami, meski kami ini adalah sosok yang berperan aktif dalam kemenangan ANDA?
Kini pemilu sudah usai. Tercatata bahwa suara terbanyak jatuh pada nomor urut ANDA. Bapak Susilo Bambang Yudhoyono kembali sebagai pemenang dalam periode 2009-2014, dan kini didampingi oleh bapak Boediono. Dengan kata lain, rakyat Indonesia kembali mempercayakan tugas itu pada ANDA meskipun wakilnya harus diganti. Dengan usainya pemilu tahun ini, aku terhenyak antara kagum dan meragu. Hal yang membuat aku ragu ialah ketika janji hanya tinggal janji. Itulah yang sering terjadi. Namun yang aku harapkan ialah hendaknya janji itu ANDA anggap utang terbesar dalam hidup ANDA sebab dengan demikian akan timbul usaha dari dalam diri untuk senantiasa mengupayakan pelunasan utang tersebut. Kini rakyat hanya tinggal menunggu kapan janji-janji itu terealisasikan sebagaimana yang ANDA maksudkan selama masa kampanye, karena itu adalah cita-cit ANDA, jika ANDA menganggapnya sebuah cita-cita yang harus ditempuh dengan cara apapun, demi rakyat Indonesia tentunya.
Apalagi di saat sekarang, alam sedang menguji negeri kita ini. Belum sembuh luka di Tasik Malaya, Ranah Minang, Padang-Pariman kembali bersimbah darah dan beruraian air mata akibat dahsyatnya gempa berkekuatan 7,6 SC. Ranah Minang lululantak. Tak ada lagi rumah untuk bernaung sebab telah ata dengan tanah. Tak ada lagi beras untuk dimasak dan tak ada air bersih untuk diminum. Kini derita rakyat semakin membongkah.
Masihkah ANDA merasa nyaman di ruangan ber-AC, lengkap dengan makanan enak serta fasilitas yang super mewah, sedangkan rakyat ANDA hanya tinggal memiliki nafas yang terengah serta keadaan psikologis yang tidak baik akibat trauma, dan bernaung di bawah tenda?
Demikianlah surat ini yang kutulis dari lubuk hati sebagai rakyat Indonesia yang merindukan sosok presiden dan wakilnya berpihak pada rakyat kecil dan member perhatian pada kami yang masih terkungkung dalam dahsyatnya badai kemiskinan. Harapanku, presiden dan wakil presiden yang terpilih pada periode 2009-2014 menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan yang berbhineka tunggal ika, dan tetap pada poros kehidupan dalam menjalankan visi dan misi sebai wakil rakyat yang merakyat. Semoga!

Dariku,

BENGET SIMANULLANG.

Sunday, October 25, 2009

DI BAWAH PUING2 RERUNTUHAN-air mata utk PADANG-PARIAMAN...


Di bawah Puing-puing reruntuhan
Oleh: Benget Simanullang

Gelap! Seketika gelap menyelimuti bumi di mana aku berpijak, padahal belumlah waktunya saudari malam menutupi bias-bias mentari senja di sore hari. Entah apa yang terjadi.
Gelap!
Tak ada bunyi yang terdengar. Serasa dunia di mana aku berpijak telah digantikan entah sama apa. Aku tak tahu.
Suatu tempat indah kudatangi. Saat itu juga. Aku tidak tahu entah kenapa aku berada di tempat itu. Kilau mentari tak mampu membakar kulitku. Hembusan angin membuat aku serasa seperti di kutub utara. Begitu sejuk yang berakhir dengan kedinginan. Kemudian sepasang malaikat menghampiriku lengkap dengan kain putih dan sepasang sayap yang melambai-lambai bagaikan dihempas angin. Kilau kemilau yang begitu lembut namun memancarkan sinar yang menghiasi sosok mereka, serasa aku tertarik ingin mendekat dan menemani mereka dalam peraduan yang menyenangkan. Bisa terbang ke sana ke mari dan bernayanyi ria dengan suara merdu serta diiringi nafiri dan sangkakala. Begitu syahdu!
Kemudian aku kembali ke duniaku. Masih gelap! Tak ada seorangpun yang bisa menemani aku. Sekarang. Tapi ternyata ada orang juga di sekitarku. Kenapa mereka tak mau bicara denganku? Apakah mereka tidak melihatku? Atau apakah mereka benci kepadaku? Pernahkah aku berbuat salah kepada mereka sehingga mereka tak mau bicara denganku? Aku sudah berusaha menyapa dan bahkan memegang tangan yang tepat ada di sebelahku, tapi tak ada reaksi apapun dari mereka.
Kupejamkan mataku. Tiba-tiba sepasang malaikat itu kembali mendatangiku. Tentu dengan senyuman yang begitu manis dan indah. Masih sama seperti pertama kalinya aku bertemu dengan mereka. Masih penuh dengan sinar dan pakaian putih. Hanya sekarang di tangan salah satu malaikat itu ada sebuah mahkota yang begitu indah. Ingin sekali aku meraihnya dari mereka sebab aku ingin sekali mahkota itu disematkan di kepalaku. Aku benar-benar menginginkannya. Dan mereka pasti tahu apa yang ada di benakku sekarang, sebab kata ibuku dulu, malaikat itu adalah kaki tangan Tuhan. Mereka serba tahu, sama dengan Penciptanya. Bagi malaikat yang masih setia, mereka akan terus dipakai oleh Tuhan untuk mengamati dunia ini, namun bagi malaikat yang memberontak, akan diusir dari lingkaran para malaikat. Merekalah malaikat yang ingin menyamakan diri dengan Sang Pencipta. Itulah Lusifer! Yang sekarang kita sebut dengan iblis.
Aku hendak melangkah ke arah mereka. Tentu dengan senyum yang lebar sebab jauh di lubuk hatiku, mahkota itu sangat kuinginkan menjadi milikku. Tapi entah kenapa, aku tidak bisa menggerakkan kakiku. Seolah-olah ada yang menahan. Bahkan terasa sakit pada saat kupaksakan menarik kakiku. Entah apa yang terjadi. Aku sama sekali tidak berdaya atas tubuh yang telah kumiliki selama ini. Meski Tuhanlah yang meminjamkan nafas bagiku agar ragaku bisa hidup seperti sekarang, tapi aku sudah merasa bahwa ragaku ini adalah milikku satu-satunya yang sangat berharga. Tapi aku tak tahu kenapa sekarang aku tidak bisa membawa dengan bebas ragaku yang sudah hampir empat puluh tahun di bawah kontrol dan keinginkanku untuk melakukan apapun yang hendak kulakukan dengan badanku ini.
Kini suasana gelap kembali menghitamkan pandanganku. Butiran peluh mulai berjatuhan dari wajahku. Inilah hari pertama aku merasa sangat ketakutan dalam hidupku. Entah karena apa. Semuanya kini terasa sesak. Aku sangat khawatir.
Di mana suamiku?
Di mana anak-anakku?
Kenapa mereka tidak mencari aku?
Biasanya mereka sudah datang meminta sesuatu padaku. Khususnya makan malam, sebab rasanya sudah malam saat ini. Pertanda perut sudah mulai keroncongan. Aku lapar. Tapi rasa laparku itu masih dikalahkan rasa dahagaku yang kini telah membuncah. Adakah orang yang ingin memberiku segelas air pelepas dahaga ini? Mengapa tak ada orang yang peduli terhadap diriku? Biasanya anak sulungku akan membawakan segelas air bagiku jika dia tahu kalau aku sedang kehausan.
Aku tak mampu lagi menahan rasa sakit yang tiba-tiba membuat sekujur tubuh terkulai lemas. Aku sangat merasa sendirian sekarang. Entah di mana mereka yang selama ini aku sayang. Aku ingin sekali mengulurkan tangan ini meminta pertolongan.
Tiba-tiba ada yang meraih tanganku. Aku terbangun dari tidurku yang hanya sekejap membuat aku melupakan rasa sakit yang dengan sekejap juga menghampiri hidupku. Entah derita apa ini. Datangnya sekejap mata. Ketika aku berkedip semuanya telah berubah. Kumasuki dunia baru yang antah berantah. Penuh dengan noda dan luka. Darah…
Sepasang malaikat itu tersenyum manis melihat kerancuan yang ada dalam benakku saat ini. Dan seketika itu juga dari belakang mereka melongok kepala seorang bocah seusia anakku, Roni. Dia memandangiku seolah malu dan takut. Namun sebelah matanya tertuju kepadaku. Pancaran matanya seakan mengingatkan aku pada anak bungsuku yang dari tadi tidak kelihatan. Biasanya jam segini dia sudah minta diajari bikin PR matematika. Tumben kali ini dia tidak mengganggu aku dalam kesibukanku.
“Roni???” Kenapa Roni bersama malaikat itu? Dan kenapa para malaikat itu membawa anakku bersama mereka. Sebenarnya sangat indah bersama mereka, tapi aku masih tidak tahu apa motif mereka bersama putra bungsuku itu. Roni berlari menuju tempat seorang perempuan berdiri. Kira-kira dua belasan tahun. Seketika itu juga aku mengingat Anggi, putri pertamaku. Dari punggungnnya tampak bagaikan putri kesayanganku yang lahir dua belas tahun yang lalu. Aku melahirkannya antara meregang nyawa. Aku diperkirakan tidak akan sanggup melahirkannya dengan normal karena dari hasil pemeriksaan anak yang aku kandung sangat gemuk. Di atas ukuran bayi pada umumnya. Akhirnya aku melahirkan dengan cara caesar. Lama berselang bekas operasi di perutku tak kunjung kering. Ada infeksi yang membuat aku tak sadarkan diri selama dua minggu. Selama dua minggu juga, aku tak bisa memberikannya asi. Sungguh kasihan…
Benar dugaanku. Ternyata gadis yang berdiri itu adalah Anggi, puteri sulungku satu-satunya. Ngapain pula dia ada di tempat ini? Dan kenapa mereka tak lekas memelukku setelah mereka melihat aku telah ada di hadapan mereka? Tidak mungkin mereka tidak melihat aku sedangkan mata mereka tertuju kepadaku. Karena mereka tidak menghampiriku, akhirnya kuputuskan untuk menghampiri mereka. Aku coba melangkah…
Aku tidak mampu. Serasa ada beban yang menghimpit kedua kakiku. Bagaikan bongkahan salju yang sangat menyakitkan dan tak dapat untuk aku singkirkan. Aku butuh pertolongan, sebab aku ingin sekali bersama kedua anak dan suamiku. Di mana suamiku? Dari tadi aku belum melihat wajahnya. Aku sangat mencintainya. Dia telah memberiku dua anak yang cantik dan tampan seperti dirinya. Perkawinan yang tak direstui tetap kami pertahankan hingga kami dikarunia dua anak. Entah apa yang membuat ayah dulu tidak setuju kalau aku menikah dengannya. Ayah tak pernah mau memberi jawaban jika aku menanyakan hal itu. Bahkan ibu selalu ditolak jika ingin membicarakan hal itu juga. Dan sekarang aku tidak bisa lagi mendengar jawaban ayah yang sesungguhnya sebab dia telah dipanggil Sang Khalik satu tahun yang lalu. Dan kamipun memutuskan untuk menikah meskipun tanpa kehadiran ayah kala itu. Terasa sedih. Namun akan terasa jauh lebih sedih jika pernikahan kami dibatalkan. Toh setelah kehadiran anak pertama kami, ayah datang menjenguk dengan bahagianya, sebahagia waktu dia berpulang, sebab anak-anak yang ditinggalkannya sudah mapan semua.
“Di mana suamiku?” Malaikat itu tak menjawab. Mereka hanya melontarkan senyum yang membuat aku semakin ingin menjauh dari mereka. Kedua anakku masih asyik berdiri menatap aku dalam ketidakberdayaanku sekarang. Entah apa yang mereka inginkan. Aku semakin layu.
Ini sudah hari keempat aku merasakan semua keanehan ini. Hingga pada suatu saat yang mengherankan karena aku ternyata sudah berada di sebuah ruanga rumah sakit. Sebelumnya aku tak merasa diriku sakit. Tapi kenapa aku berada di rumah sakit? Aku tersadar. Di sampingku sang suami yang kucintai dan kedua anakku berdiri dengan tatapan bahagia. Aku menitikkan air mata, entah karena apa. Yang pasti, karena aku akhirnya bisa bertemu mereka. Di kehidupan yang nyata. Aku berusaha bangkit dari tempat tidur. Tapi tidak bisa. Meski aku berusaha, namun usahaku tetap gagal. Ada yang aneh terasa di kedua kakiku. Orang-orang di sekitarku tak bisa berkata apapun. Mereka hanya memandangiku dengan rasa cemas dan khawatir. Sampai aku menemukan diriku yang sekarang, tanpa kaki. Karena aku telah diamputasi.
Kedua malaikat itu datang mengunjungi aku bahkan sampai ke tempat di mana aku sekarang berbaring tanpa kaki. Kini tanpa mahkota, sebab mahkota yang sebenarnya telah aku temukan di sini, di antara khalayak ramai dan para wartawan yang ingin meliput diriku karena terbebas dari maut, di bawah puing-puing reruntuhan.

Turut berduka cita atas musibah yang menimpa Padang-Pariaman, Sumatera Barat.

Sunday, October 4, 2009

TOOLS OF OCCUPATIONAL THERAPY

The pecil grip

Pencil grip yang bersifat kenyal, sangat nyaman digunakan dan latex free. Terdapat huruf R dan L sebagai petunjuk untuk meletakkan ibu jari





Stetro Pencil Grips
Diciptakan untuk membantul memperkuat tripod graps (index-middle finger-thumb)


Therapy Putty
Non-toxic, non-oily dan latex free, digunakan sebagai latihan untuk memperkuat jari tangan.
Konsistensi:
- warna orange: soft
- warna hijau : medium
- warna biru : firm
- warna ungu : extra firm





Corn Brushes/ therapy brush
Diciptakan oleh Wilbarger sebagai alat untuk mengurangi gejala sensory defensiveness (catatan: hanya dapat dijual kepada terapis yang telah melalui pelatihan tentang Sensory defensiveness)




Lip siren
Digunakan untuk oral stimulasi terutama untuk menstimulasi lip closure

Friday, October 2, 2009

Gempa yg mahadahsyat...

Masih segar diingatan kita bencana gempa dan tsunami yang melululantakkan
Aceh dan sekitarnya pada tahun 2004 yang lalu. Kemudian disusul gempa di Yogyakarta pada tahun 2005. Dan kemudian disusul lagi gempa di Tasik Malaya yang kita rasakan bersama di Jakarta. waktu itu saya berada di lantai 4 RSCM sedang mengikuti kuliah, dan akhirnya semua berhamburan, takut terjadi apa-apa. Dan yang sekarang, gempa di Sumatera Barat (Padang-Pariaman). Korban ditaksir 1.100 orang yang meninggal.

Sangat lucu ketika tak sedikit orang beranggapan bahwa Tuhan sedang MARAH pada manusia. Dia mendatangkan segala penderitaan lewat alam ciptaan-Nya.
Seorang teman di kampus mengatakan bahwa lokasi-lokasi gempa yang terjadi selama di Indonesia ialah lokasi-lokasi yang memiliki banyak noda atau yang sangat tidak disenangi oleh Sang Khalik. Karena itu Tuhan murka. terjdilah bencana.

MUngkinkah Tuhan menghukum ciptaanNya sendiri??
Mungkinkah Tuhan senang atas penderitaan yang dialami umat-Nya???
Tuhan itu Maha Pengasih, MahaPenyayang dan juga Mahapengampun.
Dia tak pernah berencana untuk memusnahkan BUMI.
Gempa dan bencana alam lainnya hanyalah bagian dari alam yang sepatutnya kita perhatikan dan seyogiyanya kita rawat bersama agar alam itu sendiri tidak MURKA.

Duka itu adalah duka kita bersama.
Tangis itu adalah tangis kita bersama.